beritanusantara.co.id   »   Sejarah dan Budaya

Nawanua, Negeri Tua Kakaskasen (4)

Donny Turang 22 December 2016, 02:03


Para tetua Kakaskasen seperti Paulus Lenzun dan Boy Tangkawarouw mengisahkan, di awal tahun 1845 penduduk Kakaskasen di Mawanua telah melihat tanda-tanda gunung Lokon akan meletus. Mereka mawas diri. Pikir mereka muntahan lahar yang disertai semburan pasir, batu berapi dan debu akan gampang menimpa pemukimannya, seperti pada peristiwa sebelumnya yang menelan banyak korban dan rumah-rumah hancur.

Karenanya dengan dipimpin oleh Kawengian Lasut, tonaas yang dikirim dari Lota, penduduk berpindah ke arah barat, membangun negerinya dengan pusat sekarang, kira-kira di Kelurahan Kakaskasen II. Nama negerinya adalah tetap Kakaskasen, seperti sebelumnya.

Pemindahan penduduk, menurut Paulus Lenzun, mantan Hukum Tua Kakaskasen tahun 1945, dilakukan setelah ada �pertanda� bagus dari upacara adat dengan Komba dan Menonsoring. Komba adalah mengantar persembahan dipimpin Walian di Watu Pasuwengan. Dan, Menonsoring adalah mendengar melalui burung malam dilakukan tonaas yang meniup suling kecil dari bambu, mendengar tanda burung malam yang hinggap di sebatang pohon rindang.

Di lokasi Kakaskasen baru inilah pada tanggal 21 Januari 1845 berlangsung pembaptisan pertama atas 70 orang Kristen pertama Kakaskasen oleh Pandita Nicolaas Philip Wilken.

Sangkaan penduduk sebelumnya memang terbukti. Dikisahnya, gunung Lokon meletus dahsyat, diikuti gempabumi awal Februari 1845. Lahar gunung Lokon mengalir melalui sungai Pasahapen yang menyatu dengan sungai Taingkere menuju ke utara liwat Kinilow.

Sisa-sisa lahar yang membeku masih dapat disaksikan hingga kini di lokasi mataair panas Pasahapen di Kakaskasen I, licin persis porselin. Meski pun selamat dari bencana, tetapi tidak urung penduduk menderita. Mereka terpaksa menanak nasi dengan menggunakan buluh tambelang. (bersambung)



Berita Terkini

20 April 2017

Advertorial