beritanusantara.co.id   »   Sejarah dan Budaya

Sarongsong, Negeri Legenda yang Hilang (4)

Oleh: Adrianus Kojongian (adrianuskojongian.blogspot.co.id)

Donny Turang 13 December 2016, 15:02


Di dekat Amian-Nimawanua juga berada lokasi dinamai Zolo (Solo), tempat pengambilan damar untuk penerangan. Lalu ada Apela, tempat pembuatan dan pengambilan waruga. TEMPAT LEGENDA Banyak legenda tertinggal dari negeri yang tinggal kenangan ini. Sejumlah lokasi lain merujuk ke kisah-kisah pertumbuhan Sarongsong, juga kisah keperkasaan tokoh- tokohnya tempo dulu. Lokasi yang hingga sekarang dinamai Kinupitan di dekat Tulau, dikaitkan dengan legenda Tonaas Kalele, cucu Kaleletua dan anak Karwur dengan Pasiyowan terjepit batu-batuan. Kisahnya, dia melanggar kaposonan, tewas karenanya, sehingga kemudian ia bergelar Kalele Kinupit. Lontoh Tuunan dari kutipan Graafland, adalah keturunan keenam dari Kalele Kinupit. Di dekatnya lagi, ada Atep Tambelang, tempat tonaas-tonaas Sarongsong dulu mengumpul mayat lawan yang dibunuh. Konon, batok kepala kayauan dibuat tempat minum, sedang rangkanya ditumpuk menjadi atap rumah kediaman.

Di lokasi sekarang Kelurahan Lansot, yakni di dekat SMP Negeri III Tomohon, ada tempat terkenal dengan sebutan Kiniaran Kasili. Lokasi mana berkaitan legenda di masa pemerintahan Kepala Balak Mayoor Tongkotou, anak Hukum Mayoor Rondonuwu Lontoh dan cucu Hukum Mayoor Kepala Lontoh Tuunan Mandagi.

Saat itu, ditemukan ikan sogili raksasa dari sungai rawa Wune yang membawa musibah besar bagi penduduk Sarongsong. Konon, sogili tersebut dibunuh dan penduduk memakannya, tapi tidak habis. Sisanya membusuk dan berulat. Ulat-ulat begitu banyak hingga mengganggu di mana-mana, termasuk peralatan makanan. Baru dari cara Marages atau Menombari yang dipimpin Walian wanita, penduduk berhasil mengusir ulat-ulat tersebut, memakai sapu lidi dan tumbuhan bunga pagar (zeze wanua, rerehan). Ulat-ulat diusir hingga di batas negeri (akazan um wanua atau sela um wanua).

Legenda ini berujung ke kisah bahwa sungai Wune airnya kerapkali berwarna merah darah. Lokasi bersejarah dengan legenda Sarongsong lainnya adalah Kolombawi, tempat perburuan dan penangkapan babi hutan tempo dulu. Lalu ada lokasi Maame, dipercayai menjadi tempat leluhur mendengarkan bunyi burung Manguni, pertanda orang bakal meninggal. Juga ada Kakayongen, yang konon menjadi lokasi khusus para pengayau berpesta merayakan kemenangannya. Lalu Tambariri, dipercayai tempat kediaman

Dotu Tambariri, bahkan diduga menjadi lokasi awal para penduduk Balak Tombariri dibawah Kaawoan alias Kauwan sebelum berpindah ke Katingolan Woloan.

Tinggalan lebih muda juga adalah Watu Lelepouan di dekat gedung gereja GMIM �Syalom� Tumatangtang sekarang. Sisa dua batu tegak di situ menjadi lokasi upacara pendirian Sarongsong di tahun 1845. (adrianus kojongian)

foto caption: Hukum Majoor Kepala Lontoh Tuunan Mandagi

PUSTAKA Adrianus Kojongian, buku �Tomohon Kotaku�, 2006.



Berita Terkini

20 April 2017

Advertorial